Minggu, 28 April 2013


hey, i was happy when i could see you, sitting next to me and we laugh together.




Jumat, 26 April 2013

Tenang dan berfikirlah lagi


Lalu lalang manusia berjalan dihadapku
Fokusku terpecah, seperti amoeba
Banyak yang mereka katakan
Tentang aku ternyata
Terima kasih kuucapkan

Kepedulian yang kuhargai
Tapi sayang, apa maksud kalimat yang diucapkan?
Akupun tak mengerti
Aku hanya duduk diam di trotoar kotor
Diam seribu bahasa saat kalimat-kalimat terlontar
Selayaknya air laut yang sedang pasang
Sekali lagi, aku hanya diam
Aku bertanya, apakah aku melakukan kesalahan?
Maaf jikalau aku salah
Bukan maksudku
Tapi sekali lagi,
Terima kasih kuucapkan.







"memaafkan adalah keputusan terbaik bagi jiwamu"




Kamis, 25 April 2013



"Ah, sudahlah kamu hanya bisa berkata tapi tidak membuktikan. Percuma. Aku yakin, hatimu setuju denganku"




Rabu, 24 April 2013


Analoginya, jika kamu menginginkan sebuah sepatu terbaik dan ternyaman untukmu dan kamu mendapatkannya dengan menabung rupiah demi rupiah, itu akan membuatmu lebih menghargai apa yang telah kamu dapatkan. Jika kamu tidak mendapatkan itu, percayalah bahwa akan ada sepatu yang lebih dari kamu duga.







"Maksudnya baik, tapi jika kebaikan itu membatasi ruang gerak manusia, apakah itu masih dapat dianggap baik?"






Selasa, 23 April 2013







budaya mengemis


Melihat fakta sosial yang ada sekarang ini sungguh saat ironis, pernahkah kalian melihat pengemis yang masih sangat sehat? jujur saja, ini cukup memuakkan bagi saya. Maunya kasian, tapi buat apa dikasihani jika mereka tidak berusaha mencari uang dengan cara yang lebih terhormat. Ada banyak contoh dari mereka yang renta tapi masih berusaha, berbeda dengan beberapa yang masih muda dan sehat tetapi malah memilih menjadi pengemis. Memang benar mereka memiliki hak untuk memilih, terkadang pilihan mereka sendirilah yang membuat mereka tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.
Rasa kasihanlah sumber penghasilan mereka sehari-hari. Kontradiktif melihat di sisi lain mereka masih ada juga yang mau berusaha dengan menjual minuman ringan, rokok, permen, tisu dan lain sebagainya. Pada dasarnya manusia akan selalu berusaha bertahan ditengah hingar bingar jaman yang semakin membabi buta, masih ada cara-cara yang lebih kreatif yang bisa dilakukan selain menjadi pengemis. Faktornya tentu banyak, tidak dapat menyalahkan mereka sepenuhnya, semua berperan penting demi mencapai kehidupan yang lebih layak. Hal ini seperti budaya pemalas yang susah untuk dihilangkan, keinginan hanya keinginan, kesadaran tersebut tidak diimplementasikan dengan sepatutnya padahal mereka dapat berusaha dengan tubuh yang masih lengkap dan sehat, selain itu kurangnya sikap berusaha untuk mencapai keinginan yang lebih baik. Tapi akan berbeda jika ternyata keinginan mereka menjadikan mengemis sebagai sub-kultur yang akan diteruskan. Ironis.









Rabu, 17 April 2013









mannequin


Dibawalah mannequin itu ke sudut ruangan.
Dihiasnya seindah mungkin.
Diajak bicaralah ia seakan-akan manusia.
Ya, dianggapnya mannequin berjalan.
Dianggapnya mannequin yang dapat ia banggakan suatu saat nanti.

Polesan make -up memenuhi wajah mannequin itu.
Menjadi cantik lah mannequin itu.
Senyum bibir mungil mannequin itu menambah pesonanya.

Nasib macam apa yang menimpa mannequin itu.
Sejenak sang designer mendadak pergi.
Pergi jauh membelakangi mannequin.
Pergi jauh dengan memastikan bahwa mannequin baik-baik saja.
Di sudut itu, mannequin diam tak bergerak.
Mata memandang punggung sang designer.
Dan mannequin hanya bisa diam menunggu sang designer handal.
Designer handal yang mengerti bagaimana seharusnya memperlakukan mannequin.
Entah kapan.





Selasa, 09 April 2013

lagi lagi dan lagi


Semua nampak samar-samar, angin berhembus menyentuh kulit. Dari kejauhan bintang bersinar terang,"kenapa yang jauh saja nampak jelas?", kataku. Aku duduk bersandar di pohon yang tinggi besar dan pastinya kuat. Kusandarkan kepalaku pada pohon itu.

Lamunanku terhentak ketika aku melihat dari kejauhan ada seorang lain datang mendekat, dari jauh nampak badannya yang tinggi. Wajahnya tak terlihat jelas karena kegelapan malam. Kemudian aku mencari semak-semak untuk bersembunyi, dengan harapan bahwa aku tidak ingin terlihat. Bersembunyilah aku di semak dekat pohon tempat tadi aku bersandar.
Dari kejauhan itu terlihat ternyata seorang itu bersama dengan orang lain. Ah, ternyata ...



Minggu, 07 April 2013








Itu hanya pilihan yang dilegalkan


Kalian pasti tahu tentang lokalisasi atau sering disebut tempat prostitusi, sekarang saya ingin membahas hal ini yang mungkin sudah pernah kalian bahas sebelumnya.

Kebetulan saya tinggal di daerah istimewa yogyakarta, kota yang penuh dengan keberagaman dan keunikan tersendiri. Kota yang membuat hati nyaman dan tenang, kota yang memang menenangkan. Disudut kota jogja ini, ada daerah yang sering disebut "pasar kembang", sudut kota yang memang disengaja untuk menjadi tempat lokalisasi bagi mereka untuk mencari nafkah.
Pasar kembang, bagi sebagian banyak orang tempat itu merupakan tempat yang dipinggirkan, tapi bagi sebagian orang lainnya tempat itu menjadi lahan penyambung hidup. Ironis? Tidak juga, karena begitulah hidup.

Pekerjaan sebagai wanita malam terkesan kotor? Iya. Secara norma, bagaimana menurut kalian?
Pekerjaan apa sih yang paling bergengsi didunia ini?

Sebagai perempuan, saya heran mengapa mereka memilih hal seperti itu untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi disisi lain banyak faktor mengapa mereka memilih pekerjaan seperti itu, maka pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya.
Saya tidak akan menjadi hakim paling benar, tapi saya merasa semua ini tidak adil. Pekerjaan seperti itu membuat harga diri mereka dijatuhkan begitu saja, banyak yang merasakan kenikmatan tapi setelah itu hujatan yang dilontarkan. Adil?
Mereka menjadi bahan tertawaan atas apa yang mereka lakukan, manusiawi?
Mereka berjuang untuk mengenyangkan perut mereka dengan mengesampingkan apa yang orang lain katakan tentang mereka. Mereka melawan segala macam kontradiksi dalam diri mereka sendiri, Manusia macam apa kita yang hanya bisa menjadikan mereka bahan tertawaan tanpa melihat sisi mereka yang lain.

Ternyata pekerjaan seperti itupun dilegalkan oleh pemerintah, pekerjaan rendahkah itu?