Minggu, 28 Juli 2013




"Sebagian lagi jatuh ke semak duri, lalu semakin besar lah semak itu dan menghimpitnya hingga mati"





Ceritaku, Ceritamu, Cerita mereka. Mari mendengarkan


Ada ribuan kalimat terlontar.
Ada ribuan kalimat diucapkan.
Ada ribuan perasaan dalam kalimat.
Cerita.
Bermula dari bercerita itu akan menjadi cerminan kita suatu hari.
Akan menjadi nasihat kita dimasa depan.
Entah kapanpun, semua dapat saja terjadi.

Dengarkan,
Nafas mereka ketika bercerita.
Selain ribuan kalimat keluar dari mulut.
Hembusan nafas juga merupakan ribuan rasa yang belum dapat diungkapkan.
Hanya salah satu memang,
Tapi itu tidak dapat membohongi semua.

Mari Mendengarkan.



Rabu, 24 Juli 2013


Tuhan, boleh aku mengatakan sesuatu?
Boleh ya,Tuhan? aku mohon baca suratku ini.

Ya Tuhanku, ada begitu banyak manusia yang sedang membutuhkan belaian kasihMu. Ada begitu banyak manusia yang membutuhkan uluran tanganMu, dan ada begitu banyak manusia yang belum mengenalMu.
Jangan hukum mereka Tuhan. Mereka hanya belum tahu saja. Jangan ingkari janjiMu terhadap mereka ya Tuhan, mereka hanya belum tahu bagaimana cara mendekatkan diri padaMu. Mungkin begitu juga aku, seperti halnya aku yang selalu menjadi pendosa. Tidak ada kata lelah bagiku untuk selalu bertanya padaMu Tuhan. Sekalipun Engkau belum hendak menjawab, aku akan tetap bertanya dan mencoba bersabar menunggu perintah dan jawabanMu. Aku rasa merekapun begitu ya Tuhan.

Dengarkan doa-doa umatMu yang kecil dimata manusia tapi memiliki hati luar biasa dihadapanMu. Berilah mereka tempat yang indah jika saatnya sudah tiba. Tempat dimana mereka akan secara ajaib selalu bahagia dan damai. Tempat yang jauh lebih indah dibandingkan keindahan didunia.

Aku tidak akan panjang lebar lagi untuk meminta,Tuhan. Terlalu banyak permintaanku. Hanya saja, berilah sedikit keadilan untuk mereka Tuhan. Suatu hari nanti.

Amin.

UmatMu,








"Jangan biarkan hati dan imanmu tertutup karena pengetahuanmu sendiri. Bijaklah dalam berkata, Dewasalah dalam menyikapi, Segarkan hatimu dengan mendengarkannya"




Jumat, 19 Juli 2013

like a desert


Kosong semua disekelilingmu.
Sama semua dimatamu.
Hatimupun sedingin udara padang pasir ketika malam hari.
Tidak ada yang dapat berlama-lama.
Kedinginan dan kepanasan sama tidak nyamannya.

Tatapan matamu seakan kosong,
Penuh harapan, mungkin.

Sadarkah hatimu begitu keras?
Belum tersentuhkah hatimu dengan semua hal yang kau tangkap dengan panca inderamu?

Rasa khawatirku menyerangku.
Kucoba untuk mengulurkan tanganku, meminjamkan pundak untuk bersandar,
Tapi kau?
Mencari pembenaran dalam kekosonganmu?
Semoga kau menemukan jawabannya.
Teruntuk hatimu yang seperti padang pasir.



Senin, 15 Juli 2013

Kini kulihat dari halte bus, dua manusia dengan tawa renyah mereka.
"Ah, rasa-rasanya aku mengenal sosok salah satunya"
Kutajamkan lagi mataku untuk menegaskan pikiranku.
Ternyata memang benar, seorang yang dulu pernah ada dalam hidupku.
Untuk beberapa lama, akupun tak ingat.
Terlalu lama mungkin.

Binar matanya, menandakan kebahagiaannya sekarang.
Mata itu dulu pernah aku rasakan saat aku bermain dengannya.
Tapi aku sadar, matanya sekarang tak sepenuhnya penuh.
Seperti gelas yang hanya terisi setengah air.
Masih ada beberapa ganjalan yang belum dia ucapkan.
Entah apa itu, aku hanya merasakan, mungkin ke-soktahuan-ku saja.
Semoga.

Dan hey, teman.
Apakah jika aku datang menyapa kamu akan terkejut?
Semoga tidak.
Tapi aku tahu, jika aku menyapa, sorot mata temanmu itu tidak akan menyukainya.
Sapaanku terhadapmu mungkin akan menyakitinya
Atau mungkin hatinya menjadi khawatir.

Tenang saja, aku akan tetap berdiri menunggu bus ku untuk pergi.
Tanpa menyapamu.
Semoga suatu saat nanti, akan ada waktu kita dapat duduk bersama.
Dan kamu menceritakan hidupmu.
Aku dengan satu gelas kopi hitam pekat,
Dan kamu dengan segelas susu panas, kesukaanmu.
Seperti biasa.



Kamis, 11 Juli 2013

Nada-nada indah terhenti sejenak
Kulihat sekelilingku.
Ada banyak sekali sepasang mata yang menyorotiku.
Entah tatapan jijik atau kagum.
Yang pasti aku tidak ingin mengakhiri nada-nada ku begitu saja, dipanggung ini.

Tapi, aku belum dapat memainkan nada itu lagi.
Entah mengapa,
Rancangan-rancanganku seakan selesai.
Energiku untuk bermain seakan sirna.
Jari-jariku berhenti.