Banyak pertanyaan dalam pikiran saya. Yang mungkin tidak
akan bisa langsung dijawab. Sebenarnya apa yang manusia cari didunia ini? Uang
kah? Kecantikan kah? Atau kebahagiaan?
Jika kebahagiaan, dengan apa kebahagiaan itu diukur?
Apa sebenarnya tanggung jawab manusia sejak dilahirkan
kedunia?
Saya dilahirkan sebagai perempuan peranakan indo cina .Tentu
saja saya tidak ingin dilahirkan sebagai peranakan indo cina, tapi ternyata
(yang selama ini kita yakini) Tuhan menginginkan saya hidup sebagaiman yang Dia
kehendaki. Sampai detik inipun saya masih bertanya-tanya, buat apa saya hidup
sekarang?
Banyak orang mengatakan ( berdasarkan apa yang mereka baca
dalam kitab suci setiap agama ) bahwa kita dilahirkan untuk bisa menguasai
dunia, karena Tuhan memberikan dunia pada umat manusia.
Kemudian saya berfikir, “ oh jadi ini kenapa manusia selalu
berfikir bagaimana caranya menguasai dunia, sehingga timbullah perang?”
Hey, memangnya manusia senang ya dengan cara seperti itu?
Oke tapi hal itu tidak akan saya bahas lebih lanjut, yang
akan saya bahas adalah pribadi manusia yang sedang mencari jawaban tentang apa
yang dipikirkan manusia itu sendiri. Mungkin terdengar tidak penting, tapi bagi
saya ini sangat penting karena saya tidak bisa membohongi diri saya lagi bahwa
saya ingin hidup sebagai individu yang merdeka.
Saya hidup ditengah lingkungan yang sangat majemuk, karena
kemajemukan itulah membuat saya belajar banyak hal termasuk untuk hal-hal yang
baru. Selama ini ternyata saya hidup untuk kepentingan orang tua saya, karena
orang tua saya mengharapkan banyak hal dalam diri saya. Seiring berjalannya
waktu saya berfikir, apakah saya nyaman dengan apa yang saya kerjakan sekarang?
Apakah benar yang orang tua pikir itu baik, menurut saya juga baik?
Banyak orang mengatakan ( lagi-lagi kata orang ) kita tidak
boleh durhaka pada orang tua sendiri, hormatilah orang tuamu. Saya menghormati
orang tua saya, tapi terkadang mereka juga belum tentu benar dalam segala hal
kan? Ada yang bilang kebenaran manusia tidak ada yang absolut, Kalau gitu,
tidak semua perkataan orang tua itu benar? ( mengingat opini setiap manusia
pasti selalu berbeda berdasarkan kondisi yang dialami ). Memang mereka jauh
lebih berpengalaman dibandingkan saya yang masih seumur jagung, saya juga tidak
menyalahkan orang tua saya karena mereka menyadari bahwa saya sudah cukup
dewasa dalam mengambil keputusan.
Hidup jauh dari orang tua mengajarkan banyak hal, semakin
tua saya semakin merasakan sebenarnya pikiran manusia cukup kompleks untuk
dijelaskan. Entah kenapa saya merasa ingin tidak dilahirkan saja, tapi apa
boleh buat. Setiap orang boleh berpendapat tapi kenapa banyak orang yang selalu
membenarkan apa yang mereka dengar tapi mereka belum mengalaminya. Aneh kan?
Contoh kecil saja, kita pasti berfikir bahwa seorang preman
pasti jahat karena pembawaannya yang terkesan seperti seorang kriminil yang
dicari oleh anggota kepolisian, padahal kita tidak disakiti olehnya. Tapi kita
bisa bilang bahwa orang itu jahat. Sebenarnya siapa sih yang jahat? Mereka yang
tidak melakukan tindakan kekerasan terhadap kita atau kita yang berani memvonis
mereka jahat padahal kita hanya tahu dari pendapat umum?
Hal yang paling aneh adalah image yang sudah melekat akan
susah untuk dihilangkan, sekalipun tindakan yang menimbulkan akibat buruk hanya
terjadi sekali. Disayangkan sekali kita terkadang tidak mendapatkan kesempatan
untuk menjelaskan. Sekalipun kita sudah berusaha menyampaikan secara implisit
bahwa kita bukan seperti apa yang orang lain pikir negative tentang diri kita.
Yang paling menjengkelkan adalah kita tidak diterima
dilingkungan hanya karena kita “aneh” atau “tidak baik”. Itu lebih aneh lagi.
Sebagai makhluk social manusia terkadang tidak menyadari sejelek apapun orang
itu sudah seharusnya kita tidak menghindarinya, kita butuh manusia lain untuk
belajar banyak hal. Hal seperti itu hanya akan menutup pikiran kita tentang
orang lain yang ternyata sangat unik.
Memang manusia bodoh saya ini, berbicara panjang lebar yang
ujungnya tidak ada kejelasan. Menyebalkan? Bagi saya ini hanya pembenahan diri
saja, mungkin saat ini pikran saya memang sedang dalam masa yang bisa kita
sebut labil. Setidaknya dari kelabilan saya ini, saya banyak belajar tentang
apa yang tidak saya dapatkan dari pendidikan formil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar