Kamis, 19 Maret 2015



" Semua memiliki cara sendiri untuk mengisi kekosongan-kekosongan. Jangan lupa, isi dariNya lah yang akan membuatmu damai meskipun dunia terasa tidak adil"



Senin, 15 September 2014

Manusia Bodoh


Sesaat setelah ia merasa bahwa Bapa menolong ia, seorang ini pun merasa bahwa segala sesuatu mudah jika semua diserahkan pada yang kuasa. Memang benar seperti itu, tapi motif dibalik itu apakah murni karena kerelaan hatinya? Atau hanya takut akan kehidupan dibawah bumi yang panas?

Yah, beberapa waktu lamanya hidupnya seakan indah. Dia belajar banyak hal, dimulai dari pengalaman orang lain dan pengalaman sendiri, kesalahan orang lain dan kesalahan sendiri. Ia banyak belajar dan cepat menangkap tentang hal itu. Seiring dengan proses  belajarnya, imannya pun semakin kuat dan semakin mengerti Kebesaran Bapa Di surga.

Hal itulah yang membuat ia seolah-olah orang yang tahu segalanya, bahkan mengatas namakan Tuhan dalam setiap perkataan dan tindakannya. Menurutnya, semua yang ia alami adalah yang Tuhan mau. Itu pikirnya. Namun beberapa lama kemudian ia semakin sibuk dengan seluruh aktivitas yang menurutnya lagi waktu untuk belajar. Waktu terus berjalan. Hatinya mulai disibukkan hal-hal duniawi. Manusiawi memang. Tapi sayang, kedekatannya dengan Bapa semakin menjauh.

Hatinya terasa kosong. Tak berarah dan tak bertujuan. Apa yang dilakukannya tidak membuatnya tenang. Bahkan untuk hal-hal normal sekalipun. Kehidupannya terus berjalan dan tetap saja hatinya mencari sebuah kedamaian. Entah kedamaian macam apa.

Semakin lama, ia sadar bahwa waktunya untuk berbincang dengan Bapa tidak ada. Bukan tidak ada, tetapi berkurang.
Itu mengapa hatinya lesu dan terasa lemah. Satu proses lagi yang harus dijalani adalah memperbaiki keadaan yang dulu. Dekat dengan Bapa dan mengenali dengan benar jiwa-jiwa yang membutuhkan keselamatan.

Semoga hal indah terjadi padamu lagi, Manusia Bodoh.
Dan semoga hatimu tidak lagi kosong.



Rabu, 09 Juli 2014

Pikirkan lagi

Kali ini, saya ingin berbicara tentang politik. Bukan untuk menanggapi siapapun dan pihak manapun.
Tulisan ini murni saya tulis berdasarkan pikiran saya sendiri.

Begini, menjelang pilpres 2014 ini suasana pesta demokrasi ini terlihat sangat berbeda. Entah karena kita calon pemimpin bangsa kita punya sikap dan sifat yang cukup kontras. Atau mungkin, masyarakat luas sudah cukup memahami bagaimana pola politik di Indonesia tercinta ini.
Oke begini, melihat kondisi yang sedang hits ini, ada banyak pihak saling mencela dan saling mendukung. Ada banyak pihak juga yang akhirnya terbuka dengan pemikiran-pemikiran bebas seperti yang sudah-sudah. Saya disini juga mengikuti perkembangan politik. Hal yang paling saya sayangkan adalah masih adanya unsur SARA untuk saling melecehkan.
"Wow", pikir saya. Semua orang menunjukkan kekuasaannya, semua mau menunjukkan kemampuannya. Itu semua sah-sah saja menurut saya, tapi sayangnya lagi tindakan pelecehan verbal diterima mentah-mentah. Emosi dilibatkan dalam perbincangan. Saya diam, saya mendengarkan, sebenarnya emosi sayapun meluap-luap ketika ada unsur SARA dalam perdebatan. Kebetulan saya keturunan Chinese dan saya mengimani Katolik. Tapi bodoh rasanya saya sebagai seorang yang berpendidikan jika saya melakukan hal yang sama seperti yang lain.
Yang ingin saya tanyakan, salahkan kami sebagai kaum nasrani ingin hidup berdampingan dalam damai?
Kemudian, sebagai seorang keturunan, salahkan kami ingin memperjuangkan hak kami di tanah milik bersama? Kami keturunan dan kami berwarganegara Indonesia.
Pikiran yang licik akan membawa pada tindakan yang licik juga. Kekuatan pikiranlah yang membawa kita pada kehidupan yang akan kita pilih. Oke oke, semua boleh bilang negara kita demokratis. Semua bebas berpendapat, semua bebas mencela, semua bebas melakukan apapun.
Tanpa etika berbicara? Tanpa kecerdasan otak? Tanpa kematangan iman? Begitukah cara-cara manusia beriman bertindak, berfikir dan berpendapat?

Renungan ini juga berlaku untuk saya. Untuk semua yang merasa pernah melecehkan satu sama lain.
Pikirkan lagi. Kita masih punya waktu untuk mengarahkan hati kita untuk kebenaran.
Tuhan yang maha tahu, sudah tahu ini akan terjadi. Mengingatkan kita, kekacauan ini justru membuat kita semakin mendekatkan diri pada kuasaNya atau tidak.
Itu tetap akan menjadi pilihan.

Terima Kasih.









Selasa, 08 Juli 2014


Ah, sudah lama rasanya pikiranku melayang-layang
Sudah saatnya akupun menuangkan pikiranku ini.
Siapa tahu, goresan elektronik ini membantuku untuk sedikit mengurangi kepenatanku.
Dan juga untuk sedikit intropeksi diri.

Aku hiraukan televisi yang sedang berkicau
Aku hiraukan sejenak berita tentang kekacauan
Ah, Aku muak?
Tidak juga
Hal seperti memang haruslah terjadi
Tuhan sedang bekerja
Dia tahu pendosa-pendosa seperti mereka dan juga aku sedang mencari-cari kebenaran
Hanya saja dengan cara yang berbeda


Kamis, 27 Maret 2014


Kulirik jendelaku, ah ternyata matahari mengintipku dibalik goresan kain biruku.
Dia sudah lebih dulu terbangun dariku. Aku kalah cepat.
Kudengar burung bernyayi di bingkai jendelaku.
Ah, ternyata burung kecil itu lebih lincah dariku.
Semua yang ada didunia ini indah.
Tuhan Yang Maha Kuasa menunjukkan kuasaNya lebih dahulu.
Takutlah kita akan Dia, Sang Maha Kuasa.
Pencipta segala sesuatu yang ada.
Pendengar segala-galanya.



Senin, 13 Januari 2014



jiwa-jiwa itu telah pergi
sejauh apa hanya Dia yang mengetahuinya
jiwa-jiwa yang bergairah pada kefanaan
jiwa-jiwa nyaman dalam kehangatan sinar lampu kota

-seorang pendosa-