Senin, 15 September 2014

Manusia Bodoh


Sesaat setelah ia merasa bahwa Bapa menolong ia, seorang ini pun merasa bahwa segala sesuatu mudah jika semua diserahkan pada yang kuasa. Memang benar seperti itu, tapi motif dibalik itu apakah murni karena kerelaan hatinya? Atau hanya takut akan kehidupan dibawah bumi yang panas?

Yah, beberapa waktu lamanya hidupnya seakan indah. Dia belajar banyak hal, dimulai dari pengalaman orang lain dan pengalaman sendiri, kesalahan orang lain dan kesalahan sendiri. Ia banyak belajar dan cepat menangkap tentang hal itu. Seiring dengan proses  belajarnya, imannya pun semakin kuat dan semakin mengerti Kebesaran Bapa Di surga.

Hal itulah yang membuat ia seolah-olah orang yang tahu segalanya, bahkan mengatas namakan Tuhan dalam setiap perkataan dan tindakannya. Menurutnya, semua yang ia alami adalah yang Tuhan mau. Itu pikirnya. Namun beberapa lama kemudian ia semakin sibuk dengan seluruh aktivitas yang menurutnya lagi waktu untuk belajar. Waktu terus berjalan. Hatinya mulai disibukkan hal-hal duniawi. Manusiawi memang. Tapi sayang, kedekatannya dengan Bapa semakin menjauh.

Hatinya terasa kosong. Tak berarah dan tak bertujuan. Apa yang dilakukannya tidak membuatnya tenang. Bahkan untuk hal-hal normal sekalipun. Kehidupannya terus berjalan dan tetap saja hatinya mencari sebuah kedamaian. Entah kedamaian macam apa.

Semakin lama, ia sadar bahwa waktunya untuk berbincang dengan Bapa tidak ada. Bukan tidak ada, tetapi berkurang.
Itu mengapa hatinya lesu dan terasa lemah. Satu proses lagi yang harus dijalani adalah memperbaiki keadaan yang dulu. Dekat dengan Bapa dan mengenali dengan benar jiwa-jiwa yang membutuhkan keselamatan.

Semoga hal indah terjadi padamu lagi, Manusia Bodoh.
Dan semoga hatimu tidak lagi kosong.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar