Minggu, 06 Januari 2013

KE-IMANAN

Sebenarnya itu kebebasan setiap individu punya agama atau tidak punya agama, karena bagi saya iman lebih sekedar agama (yang telah diakui) dan itu jauh lebih penting. Mengimani Tuhan dibandingkan memiliki agama tapi tidak tahu bagaimana cara mengimaninya. Mungkin terlalu absurd ketika kita berbicara mengenai iman, karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda secara religi.
Dalam tulisan ini saya sedang tidak ingin membicarakan tentang agama, tapi tentang iman.
Setelah melihat, mendengar, dan merasakan berbagai macam pengalaman teman, saudara, keluarga, hal yang paling saya kagumi adalah ketika ada orang yang mengasah ke-iman-annya melalui hidupnya. Sebelumnya ada orang yang belum mengenal Tuhan ( siapapun Tuhannya, yang pasti adalah Tuhan) menurut saya mereka lebih cenderung hidup serba terburu-buru dan tidak tenang. Entah kenapa seperti itu, tapi itu yang saya rasakan saat berhadapan dengan orang yang belum beriman. Bukan berarti saya men-generalisasikan, kebetulan saya bercengkrama dengan beberapa terkesan seperti itu. Tidak ada rasa bersyukur dan kurang bisa berempati dengan alam dan dirinya (saya dulu seperti itu). Merasakan itu seperti sedang berkompetisi dengan dunia untuk mendapatkan kekuasaan yang tidak akan pernah habis oleh waktu.
Seiring berjalannya waktu, kembali saya dipertemukan untuk bercengkrama dengan orang yang sama dan ternyata beliau sudah meyakini suatu agama (kebetulan, katolik menjadi pilihannya), ada banyak hal yang berubah dalam dirinya. "setelah punya iman, saya menjadi lebih sabar dan berusaha bersyukur walaupun itu hal buruk yang ada", katanya, pernyataan itu cukup membuat saya kagum dan berfikir betapa Tuhan sungguh sayang dengan menyentuh hati seorang manusia hingga mau bersujud dihadapanNya, dan Ia tidak mau kita jauh dariNya.
Dari sini, saya melihat Tuhan selalu punya cara untuk ciptaanNya agar selalu ingat denganNya. Bukan hal yang mustahil ketika Tuhan mengatakan "iya" untuk kita, Dia memproses setiap individu dengan cara yang berbeda. Iman diuji melalui hidup. Agama menjembatani kita menuju padaNya.

Ah, tahu apa saya tentang ini semua. Tapi saya senang mendengar tentangNya, sekalipun kita hidup dijaman yang mulai "beriman teknologi" setidaknya ada iman yang benar-benar dari dalam nurani merepresentasikan seluruh kalangan beriman untuk memberi kelegaan dari keterburu-buruan.

Tuhan, Tuhan, Tuhan. Sebutan apapun untukNya, yang pasti kita berkeluh kesah terhadap satu yang kita iman-i.




3 komentar:

  1. Agama itu buatan Manusia, Produk zaman. Sedangkan iman, adalah hasil proses bathin manusia. Dan Tuhan , mungkin tidak mempermasalahkan bagaimana manusia "membentuk" diri-Nya....

    BalasHapus
  2. so, kita sependapat tentang ini ya. yg penting iman, agama hanya jembatan.

    BalasHapus
  3. Kamu pernah berfikir tentang sesuatu yang ada dalam diri kita, dan sesuatu itu aku rasa menyerupai iman, tetapi bukan iman. Pernah ga??

    BalasHapus