Selasa, 23 April 2013

budaya mengemis


Melihat fakta sosial yang ada sekarang ini sungguh saat ironis, pernahkah kalian melihat pengemis yang masih sangat sehat? jujur saja, ini cukup memuakkan bagi saya. Maunya kasian, tapi buat apa dikasihani jika mereka tidak berusaha mencari uang dengan cara yang lebih terhormat. Ada banyak contoh dari mereka yang renta tapi masih berusaha, berbeda dengan beberapa yang masih muda dan sehat tetapi malah memilih menjadi pengemis. Memang benar mereka memiliki hak untuk memilih, terkadang pilihan mereka sendirilah yang membuat mereka tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.
Rasa kasihanlah sumber penghasilan mereka sehari-hari. Kontradiktif melihat di sisi lain mereka masih ada juga yang mau berusaha dengan menjual minuman ringan, rokok, permen, tisu dan lain sebagainya. Pada dasarnya manusia akan selalu berusaha bertahan ditengah hingar bingar jaman yang semakin membabi buta, masih ada cara-cara yang lebih kreatif yang bisa dilakukan selain menjadi pengemis. Faktornya tentu banyak, tidak dapat menyalahkan mereka sepenuhnya, semua berperan penting demi mencapai kehidupan yang lebih layak. Hal ini seperti budaya pemalas yang susah untuk dihilangkan, keinginan hanya keinginan, kesadaran tersebut tidak diimplementasikan dengan sepatutnya padahal mereka dapat berusaha dengan tubuh yang masih lengkap dan sehat, selain itu kurangnya sikap berusaha untuk mencapai keinginan yang lebih baik. Tapi akan berbeda jika ternyata keinginan mereka menjadikan mengemis sebagai sub-kultur yang akan diteruskan. Ironis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar