Rabu, 19 Juni 2013

Siapa hakim kita semua?

Sekarang umurku sudah bukan usia yang bisa di bilang anak-anak, ilmu pengetahuan meminta pikiranku untuk tidak dibatasi,termasuk peraturan tertulis dan tidak tertulis. Diusiaku yang sudah kepala dua ini, banyak sekali masalah yang kompleks baik itu karenaku atau hanya cerita orang lain yang kudengar.
Kita semua pasti memiliki kegiatan dan memiliki pola masing-masing untuk menjalaninya, terkadang aku berfikir bahwa peraturan yang membatasi ruang gerak kita sebagai manusia. Sadar tidak sadar, memang hukum itu penting, apapun yang kita lakukan berdasarkan hukum, akibatnyapun akan kita terima dalam hukum. Tapi bagaimana, jika kita melakukan sesuatu tetapi dibatasi oleh asumsi manusia, bebas kah kita sebagai manusia?
Salahkah kita jika melakukan sesuatu yang tidak wajar dimata umum?
Jangan-jangan hal yang kita lakukan hanya untuk mendapatkan gelar positif dimata masyarakat, bebas kah itu?
Cap dari satu manusia terhadap manusia lain, dapat kita anggap benar atau salah itu pilihan. Aku dan manusia-manusia lain hanya dapat mengasumsikan sesuatu yang dapat kita lihat secara kasat mata. Dari hal ini, sadarkah kita bahwa kita telah menjadi hakim paling benar?
Pengetahuan dianggap sesuatu paling absolut di alam raya ini, semua dapat dijelaskan, sekalipun itu bertentangan dengan nurani kita. Kapan kita dapat berfikir seimbang, bung?




1 komentar:

  1. asalkan yang dilakukan ditempat umum, tidak merugikan orang lain, oke2 aja sih :)

    menurut km sis apa itu berpikir seimbang ??

    BalasHapus